Youngsoo’s Diary – Chapter 3 [Chicken Soup]

2017 © Elfeetoile

Starring With : Do Kyungsoo [EXO’s D.O.] Park Ahyoung [OC/You]  Do Youngsoo [OC] | Also Support : Byun Baekhyun [EXO’s Baekhyun] and Others |  Genre :Family, Romance, Marriage life, Comedy | Rating : PG+17 | Lenght : Chapter |Disclaimer : This Story Line Is Mine, Please Don’t Copy Paste!

Before :

Chapter 1 [Introduction] | Chapter 2 [History]

Hari ini Ahyoung libur dari jadwal kuliah. Bertepatan dengan hari minggu. Youngsoo dan Ibu benar-benar bosan di rumah, mereka hanya menonton televisi seraya memakan snack yang sampahnya sudah menumpuk di atas meja.

“Ibu, kemarin Paman Baekhyun memberiku bekal makanan.” Ibu memalingkan wajahnya menatap Youngsoo.

“Benarkah?” Putrinya itu mengangguk. Youngsoo belum sempat cerita karena kemarin ia tertidur setelah menangis sehabis dimarahi Ahyoung prihal insiden bertengkar dengan Hyuna.

“Youngsoo ingin memberi sesuatu pada Paman Baekhyun.” Ahyoung tersenyum, putrinya itu sama seperti Ibunya–nenek Youngsoo–yang suka sekali membalas budi. Ia mencubit sebelah pipi Youngsoo yang rasanya sedikit sakit.

“Maafkan Ibu, ya. Karena tak sempat membuatkan Youngsoo bekal.” Youngsoo mengangguk pelan. Ia mengerti jika pekerjaan ibunya sedang banyak hingga jarang membuatkannya bekal. Itu bukan masalah besar bagi Youngsoo. Ia sudah terbiasa akan hal itu.

“Bagaimana kalau kita membuat semangkuk sup ayam untuk Paman Baekhyun?” Youngsoo langsung mengangguk. Ahyoung tahu sejak dulu Baekhyun suka sekali dengan sup ayam. Itu tidak akan hilang dari ingatannya.

Setuju akan hal itu, mereka membuatnya bersama-sama. Untung saja kemarin sempat berbelanja, Ahyoung bergumam begitu. Wanita itu sudah menyiapkan dua ekor ayam utuh, bawang-bawang dan bumbu lainya.

“Ini apa, Bu?” Youngsoo menunjuk pada benda lonjong berwarna putih dan merah dan satu yang besar.

“Ini bawang.” Youngsoo menatap bawang-bawang tersebut menurutnya bentuknya sangat aneh. Ahyoung mengupasnya dan mencucinya sebelum memasukannya ke penci penuh air.

“Ibu, apa ini akan disisakan untuk ayah?” Kyungsoo juga suka dengan sup ayam dan menyukai segala jenis makanan.

“Tentu. Ayah akan mengamuk jika tidak diberi.”

“Segalak-galak Ayah, masih galak Ibu jika bertengkar dengan Ayah.” Ahyoung memutar bola matanya. Anak dan Ayah sama saja. Tak mau berkomentar lebih, ia kembali fokus dengan masakannya.

Youngsoo bertopang dagu. Sepertinya presepsi tentang memasak bersama-sama lebih dimaksud Youngsoo melihat Ibunya masak. Sedari tadi ia hanya melihat Ibunya memasak bukan membantunya. Ia mengembuskan napasnya, Ibunya selalu berkata kompor atau makanan yang sedang dimasak itu bahaya, maka dari itu ia memilih diam.

“Aku ingin membantu Ibu.”

“Ambilkan garam.” Youngsoo segara pergi menuju lemari. Di sana banyak sekali kotak tempat bumbu dan itu membuat Youngsoo kebingungan.

“Eung … Bu.”

“Youngsoo harus membacanya jika ingin tahu.” Meski masih duduk di bangku kanak-kanak namun, kemampuan membaca tak diragukan lagi, bahkan tanpa mengeja. Ibu guru Choi sering kali memujinya.

“Wadah yang berwarna kuning?” Mata Youngsoo berpaling, menengok pada ibunya. Ahyoung mengangguk, Youngsoo segara mengambilnya dan membawakan untuk ibu.

“Terima kasih.” Ahyoung kali ini mencium pipinya.

“Sama-sama.”

“Eumm … Aromanya sangat enak.” Ahyoung hanya tersenyum, ia senang kemampuan memasaknya meningkat. Dulu Kyungsoo yang sering memasak, namun sekarang ini beralih padanya karena prihal statusnya sebagai seorang istri yang kerap kali dimarahi oleh ibunya karena tak bisa memasak.

“Youngsoo mau kemana?” Tanya Ahyoung saat melihat putrinya pergi menuju ruang televisi.

“Ingin menonton televisi.”

“Pororo?” Youngsoo berdecak mendengar perkataan Ibunya. Tontonan anak kecil! Seleraku tidak seburuk itu. Memangnya Ayah, sudah mempunyai anak masih saja suka menonton Larva. Gerutunya dalam hati.

“Aku ingin menonton We Got Married. Minsung bilang lebih seru dari drama Goblin.” Ia meraih remot televisi dan memencet tombol merah untuk menyalakan. Youngsoo belum pernah menonton acara ini sebelumnya, ia hanya suka menonton drama bersama Nenek.

Di sana ada banyak perempuan dan laki-laki saling berpasangan memakai baju pengantin. Youngsoo mengerutkan dahinya.

Minsung bohong. Acara ini sama sekali tidak seru. Mereka hanya berbincang dan tertawa, aku sama sekali tidak mengerti apa yang mereka ucapkan. Gerutu Youngsoo.

Youngsoo mengambil remot televisi lalu mengganti saluran dan berhenti ketika sebuah acara menampilkan tiga kembar. Neneknya memanggil mereka seperti itu. Daehan, Minguk dan Manse. Ini acara kesukaan Nenek. Neneknya bilang ingin memiliki cucu seperti itu. Namun kenyataannya ia hanya cucu satu-satunya dari keluarga Park. Karena Ibunya adalah anak sulung.

“Makanan telah siap!” Ahyoung mengangkat mangkuk besar sup ayam yang sudah matang. Ia menghampiri ibunya yang sedang menaruh mangkuk itu di atas meja. Mendadak perutnya lapar. Tapi, teringat dengan tujuan awal memasak sup ayam, ia akan memakannya nanti.

“Youngsoo ingin melakukan sendiri?” Youngsoo mengangguk pelan, menerima bungkusan dari ibunya dan pergi menuju unit apartemen Baekhyun.

“Hati-hati.”

___

Tok tok tok.

Tangan mungilnya mengetuk pintu rumah paman Baekhyun. Bel rumah terlalu tinggi untuk dijangkau jadi, mengetuk hanya bisa yang ia lakukan.

Sepertinya Paman Baekhyun sedang tidur. Sedari tadi pintu belum dibuka. Sampai-sampai bukusan yang dipegangnya tersimpan di bawah karena berat.

“Paman Baekhyun. Ini Youngsoo.”

Cklek.

“Oh, Youngsoo. Masuklah.” Paman Baekhyun keluar dengan wajah kusutnya.

“Apa tadi paman sedang tidur?” Baekhyun mengangguk sambil memberi segelas susu stroberi untuknya.

“Pantas. Kaki Youngsoo sampai pegal menunggunya.” Pria itu tertawa. Membuat Youngsoo cemberut. Memang ada yang lucu?

“Ada gerangan apa Youngsoo kemari?”

Youngsoo memberi bungkusan yang ibunya kasih. Kening Baekhyun berkerut dan bertanya apa isi di dalamnya.

“Paman akan tahu jika membukanya.”

“Sup buatan Ibu Youngsoo?” tanyanya ketika sudah membuka bukusan tersebut. Baekhyun berakting berlebihan ketika menghirup aroma membuat Youngsoo memutar matanya seperti yang sering dilakukan di drama-drama.

“Paman jadi lapar.”

“Sama, Youngsoo juga lapar.”

Untung saja semalam Baekhyun mempunyai waktu senggang hingga sempat membuat sepanci nasi yang di masak dalam rice cooker. Cukup untuk makan bersama Youngsoo dan makannya hingga malam nanti.

Baekhyun memakan sup ayam buatan Ahyoung. Ia sesekali tersenyum dan bergurau bersama putri mantan kekasihnya itu. Teringat akan hal itu ia termenung dan berandai-andai. Mungkin jika Kyungsoo mencampakan Ahyoung, Youngsoo akan menjadi anaknya. Ia tak masalah jika Youngsoo bukan putri biologisnya, asalkan hidup bersama Ahyoung dalam damai dan penuh cinta. Terkadang Baekhyun kasihan melihat Youngsoo. Diumurnya yang masih belia, ia harus mendengar pertengkaran tak penting kedua orangtuanya. Membuatnya tampak lebih dewasa dari umurnya. Namun, bagaimanapun, Youngsoo tetap anak kecil yang perlu banyak perhatian.

“Paman, Youngsoo boleh menambah tidak?” Baekhyun tersadar ketika suara cempreng itu berseru. Lantas, ia mengangguk dan menanggapi permintaan Youngsoo. Baru kali ini ia melihat Youngsoo lahap makan.

“Apa Youngsoo merepotkan Paman?” Baekhyun tersenyum. Walau sudah biasa ia kerap sekali geli akan penuturan bocah berumur jalan enam tahun itu. Cara bicaranya seperti orang dewasa, membuatnya sering kali gemas.

“Tentu saja tidak.” Youngsoo tak mengindahkan ucapan Pamannya. Ia terfokus dengan ayam yang ia makan.

“Paman.”

“Hmm.”

“Kenapa Ayah selalu sinis pada Paman? Padahal Paman sangat baik pada semua orang.” Baekhyun lagi-lagi tersenyum. Ia tahu Youngsoo adalah anak yang perhatian dan peka.

“Kenapa tak menanyakan pada Ayah Youngsoo saja? Paman juga tidak tahu jawabannya.”

Baekhyun tahu Kyungsoo sangat menjaga jarak terhadapnya. Ia berspekulasi bahwa Kyungsoo mungkin takut kalau-kalau Ahyoung dan Youngsoo akan diambil olehnya. Ia bukan psikopat yang akan melakukan hal sekeji itu. Unit Apartemantnya kebetulan saja bersebelahan dengan keluarga kecil mantan kekasihnya dan sebagai tetangga yang baik ia harus berbuat seperti layaknya tetangga baik. Memang ia salah melakukan itu semua?

Piring Youngsoo kini hanya tersisa tulang belulang ayam saja. Matanya mengerling pada semangkuk sup yang tersisa satu potong ayam dada dan kuahnya yang tinggal seperempat lagi.

“Sampaikan terima kasih pada Ibumu untuk supnya.” Youngsoo mengangguk seraya melenggang menuju pintu utama.

“Ingat, Paman Baekhyun, jangan terlalu sering memakan ramen nanti perut Paman akan buncit dan tidak sehat.” Youngsoo memberi saran sebelum melenggang pergi menuju pintu utama. Oh, ia tahu sangat kebiasaan Pamannya yang satu itu jika sedang malas masak.

Baekhyun hanya terdiam mendengar hal itu. Lalu, setelah pintu itu tertutup ia menggeleng-gelengkan kepalanya.

___

Youngsoo mengetuk pintu unit Apartemant orangtuannya yang langsung di buka oleh seseorang.

“Youngsoo sudah pulang.” Youngsoo tersenyum senang ketika melihat seseorang di balik pintu itu yang menyapanya.

“Ayah!” Ia segera memeluk ayahnya itu yang sedari kemarin pergi. Kyungsoo menggendong tubuh mungil itu lalu mencium pipinya.

“Youngsoo ingin makan?” Gadis kecil itu menggeleng. Lalu, tiba-tiba ia bersendawa kecil.

“Maaf.” Ahyoung tersenyum geli sekaligus terheran.

“Tadi, Youngsoo makan di rumah Paman Baekhyun.” Mendengar ucapan itu mendadak mood Kyungsoo sedikit turun.

“Paman Baekhyun memakan supnya tidak?” Ahyoung yang tak menyadari perasaan Kyungsoo bertanya hal sensitif bagi suaminya itu pada putrinya. Youngsoo mengangguk menanggapi pertanyaan Ibunya.

“Paman bilang, supnya enak. Kata Paman terima kasih atas supnya.” Ahyoung mendengus lalu ia mengambil alih Youngsoo.

“Jangan lakukan itu lagi, ya. Kasihan Paman Baekhyun.” Youngsoo memasang wajah sedih dan lagi mengangguk pelan.

Kyungsoo hanya diam melihat hal itu. Ia tidak tahu kenapa nama Byun Baekhyun mampu menurunkan  mood-nya. Padahal pria itu hanya baik pada putrinya. Dan lagi pula Ahyoung tidak ada niatan untuk kembali pada Baekhyun. Kyungsoo tahu hal itu.

“Sekarang Youngsoo harus tidur.”

Ahyoung dan Youngsoo berlalu ke kamar.

Kyungsoo terduduk. Pikirannya bak benang kusut. Ia tidak tahu kehidupannya akan serumit ini. Sekarang ia disibukan dengan perusahaan ayahnya. Bagaimanapun juga ia harus membiayai hidup istri dan anaknya untuk itu ia bekerja di perusahaan ayahnya. Sebenarnya tidak perlu bekerja pun ia sudah mendapat uang banyak, tapi itu dulu. kleb yang ia rintis bersama Chanyeol sudah hak sepenuhnya milik Chanyeol. Ia tidak mau Youngsoo tumbuh dengan uang tidak baik seperti itu.

Ahyoung. Gadis berpenampilan sederhana, berlatar belakang keluarga baik-baik sama sekali tidak masuk daftar wanita atau istri idaman. Buruk dalam fashion, jarang sekali bersolek dan terakhir kali wanita itu memakai dress lima tahun yang lalu, saat Youngsoo berusia sembilan bulan dalam kandungan. Itupun terpaksa. Dan sekarang, Ahyoung sering memakai celana dan kaos atau kemeja, membuatnya sepeti gadis belum menikah. Pakaian terusan hanya ia gunakan saat tidur saja. Tapi, saat ini Kyungsoo benar-benar menikmati kesederhanaan Ahyoung, tidak membuang-buang uangnya. Ahyoung juga tipe wanita hemat. Sangat.

Mengingat kehamilan Ahyoung dulu, pikirannya kembali ke masa lalu. Di mana vase ngidam berlangsung dan ia adalah pihak yang paling direpotkan. Kyungsoo terkikik geli mengingat hal itu. Apalagi sewaktu Ahyoung memintanya untuk dimanja. Itu adalah waktu yang tak pernah ia lupakan. Dan ia rindu saat-saat itu.

“Kau lapar? Aku memasak sup ayam.” Suara Ahyoung terdengar bersamaan dengan deritan pintu yang tertutup.

Kyungsoo mengangguk. Lantas, ia segera bangkit dan duduk di kursi makan. “Jangan dipanaskan.” Ahyoung menghentikan gerakannya ketika hendak memasukan semangkuk sup itu kedalam microwave. Ahyoung menyiapkan piringnya beserta nasi dan membawakan untuk Kyungsoo. Meski menikah bukan karena cinta, untuk masalah seperti ini ia harus lakoni. Bagaimanapun juga Kyungsoo adalah suaminya.

Setelah menyiapkan makanan Kyungsoo, ia pergi menuju kamarnya. Rasanya ingin tidur siang setelah melihat Youngsoo tidur lelap sekali.

“Temani aku makan.” Ahyoung melorotkan tubuhnya dan mendengus. Tidak seperti biasanya, Ahyoung kali ini menuruti Kyungsoo. Mungkin karena suaminya itu kemarin tak pulang. Ahyoung duduk diseberang Kyungsoo, kepalanya ia sandarkan pada meja makan. Keadaan tubuhnya hanya sebatas lima persen.

“Dalam rangka apa kau memberi sesuatu pada Baekhyun?” Bukan seperti nada pertanyaan, kelewat lempeng dan pandangan pria itu tertuju pada sup ayamnya. Apa pria itu sudah gila bertanya pada ayam?

“Kau bicara pada siapa?” Kentera sekali Ahyoung mengantuk, intonasi yang di keluarkan seperti tanpa gairah dan sayu.

“Tentu saja, padamu. Memang ada manusia selain kau dan aku di sini?”

“Kau mengajakku bicara tapi, matamu mengarah pada ayam. Ku kira kau bicara pada ayam mati.” ucap Ahyoung pelan disisipi uapan mengantuknya.

“Sudah jawab saja.”

“Youngsoo ingin berterima kasih padanya karena kemarin membawakannya bekal.”

“Anakku benar-benar gadis yang baik hati.” Ahyoung mendengus pelan. Sewaktu Ahyoung bercerita prihal insiden Youngsoo bertengkar dengan Hyuna, Kyungsoo malah menganggapnya adalah anak dirinya dan menyalahkannya. Benar- benar menyebalkan.

“Ya, tidak sepertimu.” ejek Ahyoung pelan dan untungnya Kyungsoo tak mendengar hal itu. Ia kembali menyandarkan kepalanya pada meja, tapi kali ini dia menutup matanya.

“Hei, jika kau ingin tidur sebaiknya di kamar! Kau membuat bebanku bertambah saja.” Ahyoung masih tetap pada posisinya berkomat-kamit di tengah-tengah Kyungsoo berbicara. Cerewet sekali, pantas saja bibirmu besar mungkin itu kutukan dari Tuhan. Runtuk Ahyoung dalam hati.

“Bukankah kau menyuruhku untuk menemanimu? Mengapa sekarang mengusirku?!”

___

“Kyungsoo.”

“Hmm.”

“Tanggal berapa kita akan ke pengadilan?” Kyungsoo hanya diam. Matanya terpejam erat, pekerjaannya terlalu menyita otaknya akhir-akhir ini.

Ahyoung memandangi langit-langit kamar yang sudah ia tempati selama lebih dari enam tahun. Ia akan mengambil hak asuh Youngsoo dan bercerai dengan Kyungsoo. Itu sudah perjanjian, umur Youngsoo akan genap enam tahun tahun ini. Artinya ia akan bercerai dalam waktu dekat. Masalah hak asuh, ia tidak tahu pasti akan di tangannya, semua itu tergantung Youngsoo.

.
.
.

Jangan lupa untuk komentar & vote. Kalo manusia pasti ninggalin jejak wkwkwk

.
.
.

Jangan lupa untuk komentar & like. Kalo manusia pasti ninggalin jejak wkwkwk

6 thoughts on “Youngsoo’s Diary – Chapter 3 [Chicken Soup]

Leave a comment