Youngsoo’s diary – Chapter 6 [Red Marks]

2017 © Elfeetoile

Starring With : Do Kyungsoo [EXO’s D.O.] Park Ahyoung [OC/You]  Do Youngsoo [OC] | Also Support : Byun Baekhyun [EXO’s Baekhyun] and Others |  Genre : Family, Romance, Marriage life, Comedy | Rating : PG+17 | Lenght : Chapter | Disclaimer : This Story Line Is Mine, Please Don’t Copy Paste!

Before :

Chapter 1 [Introduction] | Chapter 2 [History] | Chapter 3 [Chicken Soup] Chapter 4 [Meet Stranger] |  Chapter 5 [Sausage]

 

Youngsoo sudah tidur, Kyungsoo sudah memastikan hal itu. Ia selalu menemaninya sebelum tidur, jika mempunyai waktu. Tahu takkan bisa seperti ini lagi di lain hari. Kyungsoo sudah memutuskan akan memberi hak asuh pada Ahyoung. Ia tak mau anak sekecil Youngsoo harus berpisah dengan Ibunya. Meski hati kecilnya tak ingin berpisah dengan putrinya.

Memang benar perkataan Ahyoung lalu perihal tidak akan melarangnya bertemu dengan Youngsoo. Tapi, tidak semudah itu. Jika ia benar-benar bercerai, ia harus ke Jepang untuk mengurusi perusahaan ayahnya di cabang sana. Artinya ia tidak akan sering bertemu dengan Youngsoo juga Ahyoung. Kyungsoo akan dipromosikan menjadi pemimpin perusahaan cabang di Jepang.

Kehidupan ugal-ugalannya telah usai. Ia menemukan titik terang setelah kecelakaan—Ahyoung hamil—itu terjadi. Ahyoung mengajarkan banyak arti kehidupan dan hangatnya keluarga. Wanita itu berasal dari keluarga biasa saja, itulah yang membuat Ibunya menentang pernikahannya. Semua fasilitasnya dicabut oleh Ibunya. Terkecuali Apartemant yang ia tinggali. Namun, semua itu tak membuatnya mundur, ia akan tetap bertanggung jawab dengan apa yang ia perbuat.

Kyungsoo masih bisa tersenyum saat itu, untung saja kleb rintisannya bersama Chanyeol masih berjalan dengan lancar. Tapi, Ahyoung sering sakit, kehamilannya semakin lemah dan tubuhnya mengurus. Akhirnya ia memutuskan untuk memberi sepenuhnya hak kepimilikan kleb pada Chanyeol. Uang itu haram, menyediakan tempat prostitusi dan segala keburukan. Tuhan tidak memberkati uang tersebut.

Ahyoung mulai membaik. Dan di saat itu pula krisis ekonomi terjadi, ia punya harga diri untuk tidak meminta pada kedua orangtuanya. Dan jalan satu-satunya adalah bekerja. Namun, beruntungnya secara diam-diam dia bekerja di perusahaan ayahnya. Ayahnya yang meminta. Itu pun hanya di bagian administrasi. Hingga akhirnya tahun ini ia di angkat menjadi sekertaris kedua ayahnya. Dan akhir-akhir ini ia menjadi jarang pulang karena jabatannya.

Menurutnya, Ahyoung memiliki sifat dewasa meski cengeng, lambat, dan menyebalkan. Namun, semua hal itu malah justru membuatnya nyaman. Ahyoung wanita yang mudah marah, maka dari itu ia sering bertengkar dengan Ahyoung meskipun hanya karena masalah kecil. Tapi, terkadang wanita itu bisa menahan dan meredakan emosinya.

Ia akan masuk ke kamarnya bersama Ahyoung. Meski mereka hobi bertengkar, mereka tetap sekamar bahkan seranjang. Dan itu karena Youngsoo yang meminta. Ia melihat seonggok makhluk yang berbalut selimut sedang terbaring di atas ranjang.

“Ayah.”

“Hmm.”

“Youngsoo ingin adik.”

Kata-kata itu terus terngiang di kepalanya. Youngsoo bercerita tentang kejadiannya saat tadi siang di mall. Semuanya ia ceritakan dan berakhir dengan permintaan seperti itu. Putrinya bilang bahwa itu adalah permintaan ulang tahunnya. Kyungsoo bingung, perceraian sudah di depan mata. Mereka selalu menuruti kemauan putrinya, membuat Youngsoo menjadi sedikit keras dan teguh akan keinginannya.

Kyungsoo berbaring di samping Ahyoung. Ternyata wanita itu belum tidur, ia masih bermain game di gadget-nya. Jam sudah menunjukan pukul sebelas malam saat ia melirik. Semua tugasnya telah tuntas, kini otaknya perlu Refreshing seperti ikut memainkan permainan seperti Ahyoung lakukan. Meskipun kenyataannya ia masih memikirkan masalah yang tengah ia hadapi.

“Kau tidak tidur?” Suara lembut itu mengalun di tengah-tengah kegiatannya bermain. Kyungsoo hanya melirik, wanita itu sudah berhenti bermain dan mengisi daya gadget-nya. Posisinya telah menghadapnya.

“Sudah hampir tengah malam, Kyungsoo. Bukankah besok kau ada kelas?” Kyungsoo hanya diam. Perkataannya sama sekali tak ia indahkan.

“Kyungsoo—“

“Berhenti pedulikan aku.” Kyungsoo melayangkan intonasi dinginnya pada Ahyoung yang kebingungan.

“Aku hanya khawatir pada mu—“

“Kau selalu membuatku seperti ini.”

“Apa maksudmu seperti ini? Aku hanya—“

“Kau membuatku selalu tak ingin pergi darimu.” Bahu Ahyoung melorot, napasnya berembus berat. Ia membetulkan selimutnya dan menlentangkan tubuhnya. Kyungsoo mengatakan hal itu lagi. Ia tak bermaksud seperti itu yang seakan-akan memberikan harapan palsu. Perhatian Ahyoung bukan semata-mata karena statusnya melainkan, karena sudah menjadi sifat. Dan sifat tersebut menurun pada putrinya.

“Youngsoo ingin adik.” ucap Kyungsoo dengan nada sekecil mungkin.

“Adik?” Posisi tidurnya kembali menghadap pada pria di sebelahnya. Ia merasa ambigu untuk membahas hal seperti ini. Kyungsoo mengangguk lalu mulai mencampakan game-nya dan menatap wanita itu.

“Youngsoo bilang, itu adalah permintaan ulang tahunnya.”

“Jadi itu yang membuatmu tidak bisa tidur?”

“Aku memikirkannya.”

“Nanti kasih saja boneka yang dia inginkan. Dan bilang saja kalau itu adiknya.”

Kyungsoo tidak bersuara, namun tiba-tiba sebuah tangan besar merengkuh pinggangnya.

Yak!

“Tidak ada salahnya bukan membuat adik untuknya?”

___

Youngsoo mengerjap-ngerjapkan matanya ketika alarm jamnya berdering dengan keras. Oh, dia mandiri sekali.

Mata bulatnya terbuka, memandang langit-langit kamarnya sebelum akhirnya bangun dan bergegas bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.

Good Morning.” Pekiknya saat melihat sang Ayah sudah terduduk di kursi meja makan dan sang Ibu yang masih berkutat dengan masakan.

Good Morning, Darling.” Kyungsoo berbalik lalu mengecup kedua pipi Youngsoo. Membuat Youngsoo mengeluarkan tawa kecilnya.

Good Morning, My Baby.” Kini Ibunya membalas sapaannya saat makanan sudah masak.

“Uwa~.” Youngsoo menampakan wajah senangnya saat melihat banyak potongan ayam tersaji di hadapannya.

“Hari ini Youngsoo bekal makan.” Ahyoung mengangguk. Ia sudah menyiapkannya.

Merekapun berdo’a sebelum memulai sarapan. Youngsoo terus mengembangkan senyumnya sepanjang waktu sarapan.

Ada yang berbeda kali ini. Ibu dan Ayahnya tidak bertengkar.

___

“Habiskan bekalnya.” Youngsoo mengangguk pelan mendengar nasihat Ibunya.

“Youngsoo berjanji akan menghabiskannya, Bu.”

“Jangan membuat keributan di sekolah. Apalagi sampai bertengkar.” Youngsoo hanya mengangguk.

“Jangan lupa, setelah pulang sekolah langsung ke rumah Nenek.”

“Siap, Bu.” Youngsoo memberi hormat layaknya pasukan militer. Ahyoung tersenyum lalu mengecup bibir putrinya sebelum pergi.

“Ibu hati-hati di jalan.” Ahyoung mengangguk lalu melambaikan tangannya. Ia akan berdiri di sana sampai Youngsoo memasuki kelasnya. Tapi, Kelihatannya Youngsoo tidak bergerak sama sekali dari tempatnya.

“Bel hampir berbunyi, Sayang.” Youngsoo menatap iba pada Ibunya, Ahyoung yang bingung segera bersingut mensejajarkan tinggi putrinya. Youngsoo menyentuh lehernya dan mengusapnya pelan. Seketika membuat matanya terbelalak. Oh, tidak!

“Apa leher ibu digigit oleh nyamuk lagi?”

___

Ahyoung menghela napasnya pelan saat melihat dirinya pada pantulan cermin. Untung saja hari ini adalah awal musim semi yang masih sedikit meninggalkan bekas musim dingin. Jadi syal tidak akan membuatnya seperti orang gila untuk menutupi lehernya.

Ini semua ulahmu, Kyungsoo.

Ahyoung terus saja memberikan sumpah serapah pada Kyungsoo. Pria itu sangat pantas disalahkan. Bisa-bisanya membuat sebanyak ini, sampai-sampai Youngsoo melihatnya. Ini lebih pantas disebut sengatan ratu lebah dibanding gigitan nyamuk.

Untuk kesekian kalinya ia mengembuskan napasnya sebelum berlalu menuju kelas yang akan dimulai sepuluh menit lagi. Dan ada baiknya pergi ke kantin terlebih dahulu untuk membeli beberapa makanan untuk mengatasi rasa laparnya. Ugh! Kau bahkan baru saja makan dua jam yang lalu Park Ahyoung.

“Selamat pagi, Nyonya Do.” Ahyoung berbalik ketika seseorang menyapanya dari belakang. Suaranya familiar dan sudah beberapa hari ini belum ia dengar.

“Selamat pagi, Tuan Byun.” Baekhyun tersenyum cerah menampakan gigi rapih putihnya. Ahyoung membalas senyuman Baekhyun ramah.

“Kau belum sarapan? Oh! Jangan-jangan Youngsoo tidak bekal lagi.” Tebak Baekhyun yang seratus persen meleset membuat Ahyoung memutarkan bola matanya.

“Youngsoo sudah ku beri bekal dan aku sudah sarapan.”

“Lalu?”

“Tentu saja aku lapar.” Baekhyun melirik arlojinya yang terpasang pada lengan kirinya.

“Ini bahkan belum tiga jam. Ck ck ck, benar-benar. Kau tidak berubah, Ahyoung.” Komentar Baekhyun. Ahyoung mendengus, semua teman dekatnya mengetahui kalau ia tipe wanita mudah lapar. Termasuk Baekhyun yang merupakan mantan pacarnya.

“Aku tidak melihatmu beberapa hari lalu, kemana saja kau?”

“Menjenguk Ibu.”

“Bagaimana kondisinya? Apa beliau sudah keluar dari rumah sakit?” Baekhyun mengangguk.

“Syukurlah.”

“Apa Youngsoo merindukanku?” Ahyoung menjengitkan bahunya cuek. Mirip sekali dengan Youngsoo. Batin Baekhyun.

“Mungkin.”

“Dia pasti merindukanku. Ajaklah dia kerumahku. Aku punya sesuatu untuknya.”

“Buah tangan kah? Untukku tidak ada?” Baekhyun menggeleng, membuat Ahyoung cemberut, Baekhyun terkekeh saat melihat mimik wajahnya. Kalau Baekhyun lupa bahwa yang di hadapannya adalah istri orang, sudah di pastikan ia akan mencubit pipinya atau bahkan menciumnya.

“Apa kau sedang sakit?” Tanya Baekhyun, matanya mengarah pada syal yang terpasang di lehernya. Syal yang sangat tebal berwarna biru tua. Ini awal musim semi, walau masih terasa dingin tapi tidak seberlebihan itukan? Menggunakan syal beludu?

“Ini … hanya iseng saja. Hehe.” Baekhyun mengangguk mengerti dan itu membuat Ahyoung lega. Dan hatinya lagi-lagi meruntuki Kyungsoo.

“Apa semalam kau begadang?” Ahyoung menggeleng pelan. Baekhyun bertopang dagu membuat wajah bingung.

“Memang kenapa?”

“Rumahmu sedikit berisik semalam.” Kerutan dahi tampak di kening wanita itu. Ia bersedakep memikirkan apa yang Baekhyun maksud.

“Aku mendengar decitan sesuatu di rumahmu.” Napas Ahyoung berhenti sejenak. Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Oh God!

“Mu-mungkin i-itu hanya … perasaanmu saja, Baek.” Ahyoung menampilkan senyum anehnya di akhir katanya.

Oh, kerja bagus Park Ahyoung.

___

“Nenek,” Youngsoo berbicara setelah makanan di atas piringnya sudah habis tidak bersisa. Nenek yang sedang menyiapkan segelas susu stroberi untuk cucunya bergumam.

“Apakah adik adalah permintaan yang bagus?” Nenek menghampiri Youngsoo dan memberi segelas susu yang tadi dibuatnya.

“Apa? Nenek tidak dengar.” Youngsoo mengembuskan napasnya dan mengulang perkataannya. Nenek tersenyum cerah setelah mendengar hal itu dan berkata,

“Itu permintaan sangat baik, Sayang.” Youngsoo ikut tersenyum seraya memasang wajah bangganya. Lalu, ia mengambil susu yang telah disiapkan.

“Apa Youngsoo sudah bilang pada Ibu dan Ayah?” Bocah itu hanya mengangguk di sela-sela dirinya meminum susu.

“Lalu apa jawabannya?”

Bahu mungil gadis kecil itu berjengit. “Ayah bilang akan usahakan. Mungkin Ayah akan mengabulkannya seperti biasanya. Tapi tidak tahu juga.” Youngsoo memasang ekspresi belaga sok bingung lalu lanjut meminum susunya.

“Nenek harap itu terkabul.”
___

Ahyoung telah membawa nasi dengan beberapa lauk kedalam nampan berbahan stenlis, ia benar-benar tidak menikmati sarapannya tadi di rumah karena kejadian semalam benar-benar mengganggunya. Bahkan ia memilih berangkat terpisah dengan Kyungsoo meski memiliki jam kuliah yang sama.

Kantin tampak sepi, hanya beberapa orang yang mengisi seperti Baekhyun dan Luhan yang terlihat makan di meja yang berbeda dengannya tepatnya enam meja dari mejanya. Dan tiga orang wanita yang berada di meja lainnya. Tak lupa alunan lagu-lagu kpop terbaru dan terpopuler yang menguar mengisi sepi.

Yeah, ini waktu yang paling sempurna untuk mengisi perut karetnya. Ia tak ingin diganggu dengan apapun termasuk notifikasi ponsel, lagipula kelas akan mulai satu jam dari sekarang, dan juga ….

“Belum ada lima jam kau makan sudah lapar lagi?” kata seseorang dari arah jam dua belas lalu menempati bangku di hadapannya. Hampir saja makanan yang sedang dikunyahnya tersembur kalau saja ia tidak dapat mengontrol dirinya.

“Apa energimu masih belum penuh karena begadang semalaman?” Kyungsoo menyeringai mengakhiri katanya.

“Kalau kau kemari hanya mengganggu. Lebih baik kau pergi!” kata Ahyoung penuh intimidasi, dengan intonasi rendah.

“Oke, aku diam.” ucap Kyungsoo menyerah. Oh, omong-omong ini pertama kali setelah sekian lama mereka berbincang saat kuliah. Karena berbeda fakultas mereka jadi jarang sekali bertemu meski satu kampus.

“Oh, apa kau sakit?” tanya Kyungsoo melihat syal beludu melilit pada lehernya. Ia menempelkan tangannya pada kening wanita itu dan suhunya sudah ia pastikan normal.

“Lebih baik kau lepas syal itu. Cuaca cerah hari ini.” Ugh! Dia benar-benar cerewet!

“Aku lebih baik diejek orang gila dari pada harus menunjukan keadaan leherku saat ini.” ketus wanita itu masih sambil melanjutkan makannya.

“Sepertinya aku salah menempatkan tandanya. Biasanya aku membuatnya di sini kan?” ujar Kyungsoo seraya menunjuk dada bidangnya. Seringai kembali mengurai di bibir tebalnya.

Yak!” pekik Ahyoung pelan. “Kalau kau hanya ingin mengganggu sebaiknya pergi dari mukaku. Aku masih kesal padamu soal semalam.” tekan Ahyoung dengan nada yang sama.

Kyungsoo tertawa pelan. Ia menatap sekitar, dan menemukan tinggal hanya dirinya dan Ahyoung yang tersisa, sebelum kembali pada wajah penuh kekesalan wanita di hadapannya. Makanannya tersisa sedikit lagi.

“Aku ingin memenuhi permintaan Youngsoo.” ujar pria itu setelah meredakan tawanya. Perkataan itu sukses membuatnya terbatuk hebat akibat keselak susu yang ia minum.

“Jadi itu alasan semalam kau ….” Ahyoung tertawa remeh.

“Kau tahu sekarang-sekarang ini adalah–“

“Masa suburmu?” sela Kyungsoo buat Ahyoung bungkam.

“Sebelumnya maafkan aku karena aku sudah menghancurkan cita-citamu termasuk kebahagiaanmu. Tapi, apa Youngsoo tak cukup membuatmu bahagia?” Ahyoung menarik napasnya dan mengeluarkannya cepat, ia harus menjaga emosinya agar tidak meledak mengingat ini di kampus.

“Setidaknya jangan membuat Youngsoo seperti dirimu. Aku tidak bermaksud menyinggung, tapi kau harusnya merasakan bagaimana Ibumu mengurus kau dan adikmu seorang diri. Bagaimana rasanya dirimu yang kehilangan sosok Ayah.”

“Aku mengerti yang kau inginkan. Kau terlalu bawa perasaan. Aku bisa saja berubah pikiran tentang perceraian itu. Tetapi, caramu benar-benar busuk, Do Kyungsoo.”

3 thoughts on “Youngsoo’s diary – Chapter 6 [Red Marks]

Leave a reply to Diana Cancel reply